Selasa, 25 Januari 2011

Crop Circle Yogya, Pertama di Indonesia ?

Fenomena Crop Circle sepertinya selalu menarik untuk dibicarakan, dan kali ini Crop Circle yang disebut-sebut sebagai yang pertama di Indonesia muncul di DI Yogyakarta. Tidak tanggung-tanggung, dua Crop Circle muncul dalam jarak waktu yang relatif singkat. Banyak yang mengatkan bahwa ini adalah Crop Circle pertama di Indonesia, tetapi menurut pendiri Beta UFO (komunitas peneliti UFO Indonesia) Nur Agustinus sebenarnya sebelumnya disekitar tahun 1986-1987 sudah pernah ada laporan mengenai kemunculan Crop Circle di daerah Widang, Tuban, Jawa Timur, “Namun, untuk memastikan Crop Circle pertama di Indonesia, Beta-UFO belum bisa memastikannya”.

Fenomena tersebut dilaporkan oleh Roni yang merupakan seorang kru dari TV Delta Sidoarjo. Roni mengetahui hal tersebut saat mewawancara penduduk desa Sumberejo, Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban. Menurut Nur, Crop Circle di Tuban tersebut tidak terlalu terekspose karena media di kala itu belum seperti sekarang. "TV Swasta waktu itu belum nasional, masih lokal,” kata Nur. Sayangnya, menurut Nur, Crop Circle Tuban tersebut saat itu tidak disikapi serius sehingga saya pun mendapatkan kesulitan menemukan gambarnya.

Berikut adalah video wawancara dengan Roni yang diunggah oleh akun Youtube Beta UFO yang dibuat Nur Agustinus :


Lalu bagaimana dengan Crop Circle yang ditemukan di Yogya?


Crop Circle pertama di Yogya ditemukan di daerah Berbah, Sleman pada hari Minggu, 23 Januari 2011  sedangkan yang kedua di Piyungan, Bantul pada hari Selasa, 25 Januari 2011.  Crop Circle di Sleman berdiameter 60-70 meter.



Julius Perdana, salah satu anggota Beta UFO, mencoba menganalisis bentuk Crop Circle pertama di Sleman dengan melakukan rekayasa foto digital. "Ini mirip dengan Chakra dasar atau Muladhara," tulis Julius Perdana dalam catatan di halaman akun Facebook miliknya, Senin, 24 Januari 2011. Ia menggunakan foto jepretan Andrex Tohjaya yang diunggah ke Facebook kemudian mengedit dengan mendistorsi gambar dari posisi miring menjadi tegak lurus dan memperjelasnya.



Ia menjelaskan, muladhara digambarkan berwarna kuning, lotus atau teratai bujursangkar dengan 4 daun dikelilingi oleh 8 tombak yang berkilauan di samping dan di sudut, dan dengan 4 buah daun bunga. Mirip atau tidak ia menyertakan hasil perbandingan dan kesimpulan kepada pembaca.

Dalam ajaran Hindu, muladhara adalah salah satu cakra yang merupakan fondasi metafisika atau biofisis tubuh manusia. Karena diyakini sebagai pusat energi, pemetaan cakra biasa dipakai sebagai dasar pengobatan, latihan yoga, dan meditasi.

Menurut Moedji Raharto, kepala sebelumnya Observatorium Bosscha, "Jika ini benar-benar adalah pekerjaan UFO atau mahkluk luar angkasa, hampir 100 persen saya yakin akan meninggalkan semacam jejak."

"Komposisi kimia tanah itu sendiri bisa mengungkapkan asal fenomena. Sebagai contoh, ketika sebuah meteorit memasuki atmosfer dan bentuk kawah, ia meninggalkan jejak dari unsur yang tidak umum ke daerah itu," kata Moedji. Dia menambahkan bahwa hasil yang sama bisa diharapkan dalam analisis tanah lingkaran Yogyakarta.

Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Imam Sufaat juga tertarik kabar adanya "jejak UFO" yang ada di persawahan di dusun Krasakan, Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Bahkan memerintahkan stafnya untuk melakukan penelitian dan memotret melalui helikopter.

"Kalau melihat gambarnya seperti itu, tidak menutup kemungkinan itu merupakan jejak yang ditinggalkan oleh kekuatan di luar keahlian manusia," kata dia usai pembukaan Rapat Pimpinan TNI Angkatan Udara di Akademi Angkatan Udara Yogyakarta, Senin 24 Januari 2011.

Ditengah hebohnya penemuan Crop Circle di Sleman, sebuah blog : www.studentmagz.com, menulis bahwa Crop Circle tersebut dibuat oleh mahasiswa UGM. Mereka membuat Crop Circle tersebut untuk mengisi liburan. Menurut sang penulis, mahasiswa UGM itu berasal dari Sains Matematika dan Pertanian.


Menurut fisikawan Universitas Diponegoro Semarang Dr M. Nur menilai "crop circle" yang terlihat di Sleman, D.I. Yogyakarta adalah murni fenomena alam.

Ia meyakini bahwa "crop circle" yang muncul di Sleman tersebut bukan buatan manusia maupun jejak "unidentified flying object" (UFO), namun murni suatu fenomena alam.

Tidak mungkin, kata dia, jika "crop circle" itu dibuat manusia, sebab polanya sangat rapi, bentuknya amat teratur, apalagi kemunculannya sangatlah tiba-tiba dan cepat. Menurut dia, kalau "crop circle" itu buatan manusia, tentunya tidak mungkin sanggup mengerjakan sampai serapi itu, apalagi sanggup mengerjakan dalam waktu yang cukup singkat. "Kan tidak ada orang yang tahu, tahu-tahu sudah ada (crop circle, red.). Saya meyakini itu hanya fenomena alam akibat intervensi ion yang disebut `elektro hidro dinamik`," katanya.

Fisikawan yang telah enam tahun bergelut dengan ilmu fisika plasma itu menjelaskan fenomena Crop Circle disebabkan tertariknya ion-ion positif yang ada di awan ke bumi. "Awan kan mengandung ion-ion negatif sedangkan bumi bermuatan negatif, suatu ketika bisa saja ion-ion itu tertarik ke bumi dan saling terintervensi membentuk pola," katanya. Biasanya, kata dia, pola yang terbentuk akibat intervensi ion yang sering disebut "angin ion" itu lingkaran, karena pergerakannya cenderung berbentuk spiral dan berputar-putar. "Dalam waktu singkat, pola Crop Circle itu bisa terbentuk. Karena itu, mustahil kalau dibuat manusia, apalagi saya semakin yakin karena saat itu tengah hujan disertai angin," katanya.

Sedangkan Hakim L Malasan, kepala Observatorium Bosscha menyebutkan bahwa Crop Circle bisa saja dibuat oleh manusia.

Pendapat serupa muncul dari dua ahli Lapan yang dikirim untuk melakukan observasi, Sri Kaloka Prabotosari dan Nizam Ahmad, Selasa 25 januari 2011, berpendapat bahwa pola itu buatan manusia. Sebelumnya, Kepala Pusat Pemanfaatan Sain Antariksa Lapan ini meneliti pola yang berada di persawahan. Keduanya menyibak tanaman padi yang roboh dan mencari pusat dari pola itu.

"Di tengah ada lubang sedalam lebih kurang 25 sentimeter dan berdiameter lebih kurang 4 cm," kata Sri. Hal itu menandakan kalau orang yang membuatnya menancapkan tongkat sebagai titik pusat.

Selain itu, kata Sri, polanya tidak terlalu simetris, kalau itu bekas pendaratan UFO polanya akan simetris. Nizam juga menambahkan, di dalam pola ada bagian yang tidak roboh dan tanaman padi di sampingnya tidak roboh seperti di dekatnya.

Kepala Polres Sleman AKBP Irwan Ramaini pada Selasa, 25 Januari 2011 sore mengatakan bahwa pihaknya akan mengejar pelaku pembuat Crop Circle karena menurutnya perbuatan tersebut melanggar hukum karena merusak sawah. "Sudah ada beberapa orang yang kami periksa," ujar Irwan tanpa mau menyebutkan siapa saja yang diperiksanya tersebut. Mereka diduga berkaitan dengan Crop Circle tersebut.

Selain memburu pelaku, polisi tetap mempertahankan keamanan di sekitar lokasi crop circle. Polisi masih memasang garis polisi di sekitar Crop Circle dan melarang warga memanjat bukit di dekatnya untuk keamanan.

Sedangkan Crop Circle kedua di persawahan tepi jalan raya Piyungan-Prambanan, tepatnya Dusun Wanujoyo Kidul, Desa Srimartani, Kecamatan Piyungan, Bantul masih belum keluar hasil penelitiannya. Warga melaporkan temuan tersebut sekitar pukul 13.00 meski pemilik lahan sebenarnya sudah mengetahui keanehan itu sejak 10 hari lalu.



Ukuran Crop Circle kedua ini lebih kecil ketimbang yang pertama, hanya sekitar 30-40 meteran. Polanya belum jelas diketahui, tetapi diperkirakan berbeda dengan Crop Circle yang pertama. Jaraknya sekitar 5 kilometer dari Crop Circle pertama yang ditemukan hari Minggu lalu.

1 komentar:

  1. Ah, mau makhluk langit atau bukan...

    Kalau mau bikin crop circle, lain kali pikirkan dulu kehidupan tanaman. Kasian tanaman pada mati gara-gara di-crop-circle 8)

    Dan jangan lupa ganti rugi gara-gara tanaman yang hancur gara-gara di-crop-cricle 8)

    BalasHapus