Jumat, 10 Juni 2011

Ah Long, The Little Dragon

Manusia...
Makhluk yang tidak pernah bisa berhenti menginginkan sesuatu...
Manusia...
Makhluk yang mudah terpuruk hanya karena hal-hal sepele.
Manusia...
Titel yang menempel pada diri saya dan membuat saya merasa bahwa saya adalah makhluk yang hina.

Saya sering mendengar anak muda zaman sekarang yang memaksa orang tuanya membelikan mereka BlackBerry...
Inikah yang membutakan mata kita ?

Atau anak muda zaman sekarang yang ingin bunuh diri karena cintanya bertepuk sebelah tangan...

Seremeh inikah harga kehidupan ?

Atau manusia yang menilai segalanya berdasarkan materi...

 Picik, benar-benar picik !

Atau anak muda zaman sekarang yang menghambur-hamburkan uangnya hanya untuk game, atau voucher game...

Mungkin juga kita sering berpikir “Ahhh hidup ini menyebalkan”.

Tetapi tidak dengan Ah Long
Ah Long, arti namanya adalah “Naga”, sebuah nama yang benar-benar cocok menggambarkan kekuatan dan ketegaran yang dimiliki anak ini.

Usianya baru 6 tahun, tetapi dia sudah harus merasakan kepahitan hidup yang luar biasa.

Sendiri, ia memasak dan mencuci pakaian.
Sendiri, ia mencari kayu bakar untuk memasak.
Sendiri, ia belajar membaca.
Sendiri, ia memberi makan ayam dan membesarkan anjingnya.
Sendiri, ia pergi tidur.

Desa Niuchepin di kaki gunung Malu kota Liuzhou adalah sebuah desa yang berada di gunung, semakin jauh anda naik ke gunung, semakin sempit jalan-jalannya. Di pertengahan jalan yang tersisa adalah jalan lumpur berdebu, dengan ilalang di sekitar. Dan di ujung jalan yang terpencil terdapat sebuah “rumah” yang terbuat dari blok-blok semen, di sanalah dia tinggal sendirian. Sang Naga kecil, Ah Long. Sebelumnya Ah Long tinggal di sebuah bangunan yang lebih besar di dekat sana dengan ayahnya, tetapi semenjak ayahnya tiada, tidak ada lagi yang mendekati bangunan tersebut. Ah Long juga tidak pernah lagi memasuki rumahnya yang lama, tetapi terkadang dia mondar-mandir di depan pintu rumah.

Rumah Sang Naga

Apakah kamu merasa ayahmu masih tidur di dalam ?”
Ah Long tidak menjawab, terlihat ragu-ragu sejenak sebelum akhirnya lari pergi.

 Area terbuka tempat Ah Long menghabiskan hari-harinya

Di depan rumah kecilnya, terdapat area terbuka yang cukup luas. Di sanalah Ah Long menghabiskan sebagian besar waktunya. Bersama anjingnya yang ia panggil “Lao Hei” menatap kosong pada jalan yang mengarah ke dunia luar. Setelah ayahnya meninggal, Ah Long belum turun gunung lagi.

Ah Long yang mandiri

Kondisi Ah Long benar-benar mengkhawatirkan, tapi yang bisa dilakukan komite desa hanyalah sebatas menjamin bahwa untuk saat ini makanan dan pakaian bagi Ah Long terjamin. Meskipun komite desa telah membantunya mendapatkan bantuan sosial sebesar 70 yuan perbulan, tetapi itu masih jauh dari cukup.

“Tidak ada pakaian atau makanan, kami bisa beli. Tetapi perawatan medis, pendidikan, dan hal-hal yang dibutuhkan Ah Long kedepannya, tidak banyak yang bisa kami lakukan.” Kata seseorang dari komite desa.
Seorang wakil yang relevan dari departemen pencegahan penyakit HIV kota LiuZhou mengatakan bahwa obat-obatan anti-HIV dan yang berkaitan dengan kondisi medis Ah Long yang terjangkit HIV adalah gratis, tetapi diluar itu, diluar yang berkaitan dengan HIV, mereka tidak bisa berbuat apa-apa.

Terkejut ?
Benar...
Ah Long mengidap HIV !

 Bermain sendirian

Sebelumnya Ah Long mengikuti sebuah kelas prasekolah tapi kemudian berhenti. Kepala sekolah Chen Xiyou mengatakan bahwa semenjak kematian ayah Ah Long karena AIDS, kabar pun mulai menyebar di desa. Dan ketika nenek Ah Long ingin kembali menyekolahkannya, para orang tua murid yang lain membentuk kelompok dan mengajukan protes untuk menolak Ah Long bersekolah disana karena takut pada penyakit Ah Long. Juga karena masyarakat di desa tidak memiliki hubungan yang terlalu baik dengan ayah Ah Long karena ayah Ah Long adalah seorang mantan narapidana yang baru saja bebas ketika pindah ke desa, karena itu pulalah ayah Ah Long memutuskan untuk pindah dari desa ke gunung yang terpencil. 

 Selalu sendirian, karena orang-orang menganggapnya berbahaya

Satu-satunya orang yang cukup dekat dengan Ah Long adalah neneknya yang berusia 84 tahun yang tempat tinggalnya berjarak 15 menit jalan kaki dari tempat tinggal Ah Long. Neneknya telah menanam kubis dan daun bawang di dekat tempat tinggal Ah Long, menurut neneknya itu cukup Ah Long makan. Ketika neneknya datang, dia akan memasak untuk Ah Long sebelum kembali meninggalkannya sendirian. Sedangkan untuk hal-hal lain, neneknya mengatakan bahwa Ah Long bisa melakukannya sendiri, seperti mandi, atau mencuci pakaian, atau menjemur pakaian (meski Ah Long harus berdiri di kursi supaya bisa mencapai jemuran).

Ah Long memetik bahan makanan

Mandi sendiri

Mencari kayu bakar

Memasak untuk dirinya sendiri

Makanan yang amat sederhana


Dari pengakuan sang nenek, ternyata dirinya pun takut untuk membawa Ah Long tinggal bersama dengannya.



Di suatu siang di bulan Juli, ayah Ah Long meninggal, menjadikannya yatim piatu karena telah terlebih dahulu ditinggalkan oleh ibunya. 
Sebelum kematiannya, kedua orang tua Ah Long sempat sakit keras hingga tidak berdaya melakukan apapun sama sekali. Ketika itu penyakit Ah Long dan keluarganya belum terungkap dan para tetangga masih mengantarkan makanan untuk Ah Long karena kedua orang tuanya hanya bisa terbaring lemah di tempat tidur. Tidak ada yang tahu bahwa ayah Ah Long telah meninggal, hingga suatu hari seorang tetangga yang bernama nona Liang membawakan makan malam untuk Ah Long dan menemukan Ah Long sedang menemani almarhum ayahnya di sisinya yang telah meninggal dalam waktu yang cukup lama.

Menurut pekerja staf TKP yang mendatangi rumah Ah Long, saat mendengar mereka datang Ah Long, yang selama ini hanya tinggal berdua dengan ayahnya berkata pada pekerja staf ,

Paman, ayah saya meninggal, seperti mama saya”.
Sang Naga kecil tidak menangis, kediamannya memilukan hati semua orang,

Karena adanya masalah koordinasi, jenazah ayah Ah Long terlambat dikirim ke rumah duka sampai hari kedua, dan selama itu pula Sang Naga kecil terus berada di sisi jenazah ayahnya, menemaninya untuk yang terakhir kalinya. Sejak saat itu, Ah Long tidak berbicara tentang “ayah”. Sudah ada beberapa baik hati yang ingin mengadopsi Ah Long, dan ketika semuanya telah siap, hasil tes kesehatan menunjukkan bahwa Ah Long positif menderita HIV.

Para orang baik hati mundur, masyarakat desa takut.

Sudah sewajarnya anak yang baru menginjak usia 6 tahun bermain-main dengan teman-temannya. Tetapi tidak dengan Ah Long, ketika ditanya dengan siapa biasanya Ah Long bermain, Ah Long terdiam untuk waktu yang lama sebelum mengatakan bahwa ada seorang anak bermarga Liang yang sesekali datang dan bermain bersamanya. Anak itu masih memiliki hubungan darah dengan nona Liang yang menemukan bahwa ayah Ah Long meninggal. Tetapi anak bermarga Liang itupun ternyata dilarang oleh keluarganya untuk berada dekat-dekat dengan Ah Long. 

 
Lao Hei, sahabat setianya

Sang Naga kecil, Ah Long

Hanya Lao Hei, yang tidak ragu bermain dengan Sang Naga kecil Ah Long

Ketika langit berubah gelap, Sang Naga kecil mulai menyiapkan makan malam.
Ketika ditanya apakah dia bisa memasak sendiri, Sang Naga kecil itu menganggukkan kepalanya. Ah Long juga menunjukkan sebuah luka bakar yang didapatkannya saat memasak. 

 Luka bakar yang ia dapatkan saat memasak

Dengan cekatan Ah Long membuat api di “kompor” dengan kayu bakar dan mulai memasak nasi, setelah hampir lebih dari 10 menit nasi sudah hampir matang. Ah Long membuka tutup panci dan memasukkan kubis. Tidak ada minyak atau garam, apalagi saus tomat atau bumbu lainnya. Meski begitu Ah Long memakannya dengan senang. Sang Naga kecil mengatakan bahwa ia memasak terlalu banyak untuk satu orang, dan sisanya adalah untuk Lao Hei anjingnya. Meskipun tidak ada minyak atau garam, bisa makan malam sudah merupakan berkah bagi Sang Naga kecil. 
 
Wajah polos dan tidak berdosa Ah Long kecil

Jika Ah Long diberi uang, maka dia hanya akan menyimpannya saja dan bukan dipergunakan untuk membeli sesuatu. Mungkin karena dia merasa takut bertemu muka dengan orang-orang yang menganggapnya berbahaya.


 Belajar sendiri, tanpa ada yang menemani
 
Tuhan bersamamu, bocah ^^


Bersyukurlah mereka yang masih memiliki keluarga



Sungguh, alangkah indahnya hidup kita andaikan kita mau belajar untuk melihat kehidupan dari sisi yang berbeda.

Sungguh, alangkah malunya kita karena seringkali terpuruk karena hal-hal yang remeh.

Sungguh, tidak layak hidup kita di dunia ini jika kita tidak mensyukuri kenikmatan-kenikmatan yang diberikan Tuhan.

Ketika zaman semakin maju dan komputer bisa berpikir seperti manusia, manusia mulai berpikir seperti komputer.


My heart has been somewhat hardened to adults due to a few personal hard knocks (something I have to work on) and due to what is going on in this greedy world but never to the children and other innocents. Why is it that the children suffer the most in this world due to selfishness and ignorance?” - Anonymous


This article dedicated for Ah Long, The little Dragon.